Page Nav

HIDE

Post Snippets

FALSE
HIDE_BLOG
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Memoar Novel Baswedan

Judul : Novel Baswedan; Biarlah Malaikat yang Menjaga Saya Penulis : Zaenuddin HM Penerbit : Mizan, Bandung Cetakan : Pertama, November 2017...


Judul : Novel Baswedan; Biarlah Malaikat yang Menjaga Saya

Penulis : Zaenuddin HM

Penerbit : Mizan, Bandung

Cetakan : Pertama, November 2017

Tebal : 272 Halaman

ISBN : 978-602-441-046-9

Peresensi : Untung Wahyudi (Lulusan UIN Sunan Ampel, Surabaya)


Kasus korupsi yang menjerat banyak pejabat dari pelbagai instansi di Indonesia tak bisa dianggap remeh. Dua kasus yang sampai saat ini masih hangat di masyarakat adalah kasus simulator Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Kartu Tanda Penduduk elektronik (e-KTP). Kasus korupsi yang melibatkan sejumlah pihak ini tak lepas dari tangan dingin sang penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yakni Novel Baswedan, sosok penyidik terbaik dan dianggap paling bernyali karena sangat vokal dan antusias mengungkap kasus korupsi e-KTP tersebut.

Keberanian seorang Novel Baswedan dalam menangani kasus korupsi memang patut diacungi jempol. Tak heran, jika jiwa dan raga dipartaruhkan dalam menangani kasus demi kasus di negeri ini. Sosok Novel Baswedan yang pernah bekerja sebagai polisi ini memang dikenal pemberani. Meskipun ia harus menerima berbagai kecaman dan ancaman dari beberapa pihak, termasuk penyiraman air keras ke wajahnya pada 11 April 2017, yang membuat kornea matanya rusak dan nyaris merenggut penglihatannya.

Buku Novel Baswedan: Biarlah Malaikat Menjaga Saya karya Zaenuddin HM ini memuat kisah perjalanan hidup seorang Novel Baswedan dan kiprahnya selama menjadi anggota Polri sekaligus penyidik KPK. Penulis begitu detail menjelaskan bagaimana sosok seorang Novel, baik semasa kecil, saat bertugas menjadi anggota Polri, hingga kejadian nahas yang menimpanya saat menangani kasus raksasa yakni korupsi e-KTP.

Nama Novel Baswedan sebenarnya muncul dan mulai populer sejak memanasnya kasus korupsi simulator SIM yang menyeret Kepala Korlantas Polri, Djoko Susilo, hingga akhirnya dia divonis 18 tahun penjara. Dalam hal ini, Polri seolah-olah tidak rela kasus yang merugikan keuangan negara sebesar Rp212 miliar tersebut disidik dan ditangani KPK. Waktu itu, beberapa penyidik KPK yang berasal dari Polri bahkan ditarik kembali (hlm. 34).

Dengan membongkar kasus korupsi tersebut, terkesan novel sedikit pun tidak membela korpsnya, bahkan dituding sebagai “pengkhianat” oleh sebagian koleganya di Bhayangkara.

Di sisi lain, Novel justru mendapat dukungan dari pimpinan dan kalangan internal KPK serta banyak pihak, terutama para aktivis antikorupsi. Novel dianggap berani dan tidak pandang bulu dalam memberantas korupsi. Kepolisian, lembaga tempat dulu dia bertugas, tetap saja diobok-oboknya demi menegakkan hukum dan memberantas korupsi (hlm. 36).

Bicara tentang pemberantasan korupsi di Indonesia, tak bisa dilepaskan dari peran penting dan kontribusi Novel Baswedan. Rakyat Indonesia tentu bersimpati dan mendukung langkah-langkahnya. Lelaki yang semasa kecilnya seorang pemalu ini telah menjelma menjadi salah satu simbol atau ikon penegakan hukum dan antikoruspi di negeri ini.

Novel adalah salah satu dari lima penyidik yang memilih bertahan di KPK, ketika pada 2012 Polri memutuskan menarik 15 penyidiknya yang diperbantukan di KPK. Sepuluh tahun sudah dia bertugas menjadi penyidik KPK. Bahkan, hingga KPK bergonta-ganti ketua-dari Antasari Azhar ke Busyro Mukoddas, lalu ke Abraham Samad, dan kini Agus Rahardjo-posisinya tetap dipercaya dan diandalkan sebagai penyidik (hlm. 79).

Keberanian Novel Baswedan dalam menangani kasus-kasus besar seperti korupsi simulator SIM, e-KTP, hingga kasus korupsi atau suap cek pelawat pada pemilihan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia 2004 silam, laik menjadi teladan oleh para penegak hukum di negeri ini. Korupsi demi korupsi di negeri ini harus dibongkar agar Indonesia menjadi negeri yang makmur, bermartabat, dan tidak lagi menjadi sarang koruptor yang dengan nyata merugikan negara.

Buku 272 halaman yang mengisahkan sosok Novel Baswedan ini menegaskan sekaligus memaparkan bahwa, di negeri ini masih ada sosok penegak hukum yang rela berkorban jiwa dan raga demi menyelamatkan bangsa dari keterpurukan yang disebabkan oleh kasus korupsi yang semakin menggurita. (HB)

Tidak ada komentar

Thank you for your kind comment, we really appreciate it.